Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan (Berbicara)

Posted by


[ Dosen Pengampu: Drs. H. Ramadi,M.Pd ]
[ Disusun Oleh : M.Husnul Ma’arif (A1E310010), Novika Dyah Pratiwi (A1E310013), Noor Halisah (A1E310213), Supiyanto (A1E310218), Dina Khairiah (A1E310235), Irwan Ramadhani (A1E310255), Noorlina (A1E310261)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN(BERBICARA)”

Makalah ini berisikan tentang informasi keterampilan berbahasa atau yang lebih khususnya membahas bagaimana upaya meningkatkan keterampilan berbahasa lisan salah satunya adalah bericara.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Lisan (Berbicara). Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Banjarmasin,    
                               
 
          Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB 1: Pendahuluan.....................................................................................................1
BAB 2: UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBAHASA LISAN (BERBICARA)....................................................................................................2
Pengertian Berbicara.................................................................................................... 2
Proses Berbicara...........................................................................................................2
Hubungan antara keterampilan berbahasa lisan (berbicara) dengan keterampilan berbahasa lainnya..........................................................................................................4
Upaya meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara)........................... 4
Strategi pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan keterampilan 
berbahasa lisan (berbicara)........................................................................................6
Kendala dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara).................................................................................................................9
BAB 3 : Penutup.........................................................................................................11
Kesimpulan.................................................................................................................11
Daftar Pustaka


PENDAHULUAN

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan  bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari setiap anggota masyarakat terlibat dalam komunikasi, baik komunikasi lisan maupun komunikasi tertulis. Agar dalam komunikasi berjalan lancer, masing-masing pihak harus dapat saling memahami maksud yang dikomunikasikan, maka diperlukan sarana yang tepat. Sarana yang dimaksud adalah bahasa.
Pada waktu-waktu terakhir ini dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Karena bahasa menunjang manusia untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui bahasa manusia bisa mempelajari apapun yang ada disekitarnya. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.
Siswa sekolah dasar dalam kegiatan belajar mengajar dilatih agar memiliki kemampuan berbicara yang memadai untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya namun dalam kenyataan kondisinya berbeda dengan seharusnya. Banyak siswa yang berkemampuan berkomunikasi secara lisan masih kurang. Bahkan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan idea tau gagasan secara lisan. Maka diperlukan upaya dalam meningkatkan keterampilan berbahasa lisan khususnya berbicara.

KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN (BERBICARA)

1.    Pengertian Berbicara
Berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. dengan berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada kita.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri.

2.    Proses Berbicara
Kegiatan berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk  melaksanakan suatu layanan, yang termasuk golongan yang pertama misalnya percakapan dalam suatu pesta. Sedangkan yang termasuk kelompok kedua misalnya mengikuti wawancara untuk memperoleh pekerjaan, memesan makanan.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu:
1.    Percakapan
Murid-murid mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran, menjaga percakapan agar berlangsung terus, mendukung komentar dan pertanyaan anggota kelompok, mengatasi perbedaan pendapat, dan mengakhiri percakapan.
2.    Berbicara Estetik (Mendongeng)
Adapun langkah-langkah dalam bercerita adalah sebagai berikut:
·         Memilih Cerita
Hal yang penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya: (1) cerita tersebut sederhana, (2) cerita tersebut memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas, (3) tema cerita jelas, (4) jumlah pelaku cerita tidak banyak, (5) cerita mengandung dialog, (6) cerita menggunakan gaya bahasa perulangan, dan (7) cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan.

·         Menyiapkan Diri untuk Bercerita
Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakannya secara urut.

·         Menambahkan Barang-barang yang Diperlukan
Tiga barang yang dapat digunakan untuk cerita lebih menarik ialah gambar-gambar, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku diceritakan.

·         Bercerita/Mendongeng
Kegiatan mendongeng dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga penggunaan waktunya dapat efisien.
3.    Berbicara untuk Menyampaikan Informasi atau Mempengaruhi
Bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara, dan berdebat.
Langkah-langkah dalam melaporkan informasi secara lisan ialah: memilih topik, mengumpulkan dan menyusun informasi, mengumpulkan benda-benda untuk memvisualisasikan informasi, dan menyajikan laporan.
Salah satu bentuk kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi anak-anak kelas 3-6 SD ialah menyampaikan lapora secara lisan. Bentuk kegiatan lain untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato.

3.    Hubungan antara keterampilan berbahasa lisan (berbicara) dengan keterampilan berbahasa lainnya
Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek keterampilan bahasa lainnya adalah menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca.
(a)     Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
(b)     Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
(c)      Hubungan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.

4.    Upaya meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara)
Ellis (lewat Numan, 1991: 46) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara:
1.    Menirukan pembicaraan orang lain.
2.    Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai.
3.    Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa yang sudah benar.
upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah, dapat dilaksanakan program  sebagai  berikut :
1.     Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
Siswa sangat membutuhkan suatu model guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.   Guru  hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan  dalam berbahasa. Agar siswa  dapat  menirukan  dan  melafalkan  kata  atau    kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku.
2.    Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan  berbicara bahasa Indonesia perlu menerapkan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan  luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia.
3.    Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus mengadakan penilaian keterampilan berbicara pada  kesehariannya.  Penilaian ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berusaha  mempraktikkannya  baik di dalam  kelas maupun di luar kelas.  Dengan   demikian  siswa  termotivasi  untuk  melakukan   perbuatan   yang  sama  bahkan berusaha   meningkatkannya.
4.      Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
Program sehari berbahasa di tiap  sekolah  merupakan  kondisi eksternal   yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan berbahasa.

5.    Strategi pembelajaran yang digunakan dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara)

             ·      Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berpikir
Kesempatan yang baik untuk mengembangkan keterampilan berbicara ialah pada tahap publikasi dalam proses menulis. Banyak anak yang senang mengubah karangannya dalam bentuk drama pendek yang diperankan dikelas. Sedangkan untuk meningkatkan keterampilan bepikir anak-anak ialah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada mereka.
Segera setelah anak-anak mulai dapat berpikir tentang proses mereka sendiri dalam berpikir, mereka siap untuk menggunakan strategi berpikir yang khas, misalnya membedakan fakta dan pendapat, mengenal hubungan sebab akibat, dan melakukan kegiatan berpikir yang lebih sulit yaitu menilai hasil, mengevaluasi argumen, dan menyelidiki hal-hal yang melandasi tanggapan emosional (Yeager, 1991:102).
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.
·   Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi kelompok merupakan teknik yang paling sering digunakan sebagai teknik pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membuat generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat mengenai suatu topik atau permasalahan.
·   Strategi pembelajaran berbahasa lisan dan penerapannya melaui  kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Oleh sebab itu, setiap orang, lebih-lebih siswa, dituntut keterampilannya untuk mampu berbicara dengan baik.
Guru yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan tugas itu. Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut :
1.    Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
2.    Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3.    Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4.    Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar bukan menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi criteria berikut :
1.    Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2.    Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3.    Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4.    Memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
5.    Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6.    Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7.    Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan untuk kelas 3-6 SD sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD :
1.    Menjawab pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu disajikan guru, yaitu (a) siapa yang berbicara, (b) apa yang dibicarakan, (c) mengapa hal itu dibicarakan, (d) dimana hal itu dibicarakan, dan (e) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai misalnya, dongeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat diajukan.
2.    Bermain tebak-tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat kita laksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu bendatanpa menyebutkan nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
3.    Memberi petunjuk
Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih akan mendapat kesempatan yang luas untuk berlatih member petunjuk.
4.    Identifikasi kalimat topik
Guru membacakan sebuah paragraph siswa menuliskan kalimat topiknya.
5.    Main peran
Main peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (a) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (b) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
6.    Bercerita
Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar, dan untuk berperilaku menarik.
Kegiatan bercerita harus dirancang dengan baik. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, jauh sebelumnya guru sudah meminta siswa untuk memilih cerita yang menarik. Setelah itu siswa diminta menghafalkan jalan cerita agar nanti pada pelaksanaannya, yaitu bercerita dihadapan pendengarnya, tidak mengalami kesulitan.
7.    Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.

6.    Kendala dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara)
Salah satu faktor yang menimbulkan kesulitan dalam berbicara adalah yang datang dari teman bicara. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan maka tujuan komunikasi tidak tercapai. Disamping itu, usaha untuk  meningkatkan  keterampilan  berbicara bahasa  Indonesia  di  sekolah   akan  ditemui hambatan yang datang dari lingkungan sekolah itu  sendiri, antara lain :
1. Adanya pandangan guru bahwa berbicara bahasa  Indonesia  dalam  keseharian di  sekolah itu tidak lazim. Hal ini tercermin ketika dalam pergaulan sehari-hari mereka  enggan  berbicara bahasa  Indonesia bahkan  dengan  lugasnya  berbicara  seenaknya. 
2. Belum adanya penilaian bagi siswa  yang berbicara bahasa Indonesia. Keadaan yang demikian menimbulkan sikap apatis pada diri siswa karena merasa tidak ada gunanya baik yang berbicara bahasa Indonesia maupun yang tidak.
3. Tidak adanya program  berbahasa Indonesia dari lembaga  pendidikan. Untuk sementara ini pada setiap lembaga  pendidikan belum ada yang mempunyai inisiatif memberlakukan bahasa  Indonesia  sebagai  bahasa  sehari-hari. Entah  karena gengsi atau merasa  bahasa  Indonesia  tidak  terkenal.

PENUTUP

KESIMPULAN
Pengajaran keterampilan berbahasa lisan akan membawa hasil yang memuaskan apabila dilandasi dengan tujuan yang jelas, materi yang disusun secara sistematis, dan mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa serta kegiatan pembelajaran bukan pengujian.
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.
Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan (berbicara) harus dimulai dari kita sebagai guru atau pengajar yang menjadi acuan para siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah khususnya dan di lingkungan keluarga, masyarakat pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmad, Darmiyati Zuhdi. 1998/1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Di Kelas Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoret Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


Blog, Updated at: 01:03

0 comments:

Post a Comment

INGAT!! Komentar anda akan dilihat banyak orang, maka dari itu berikanlah komentar terbaik anda