[ Dosen Pengajar : Drs. H. RAMADI, M.Pd ]
[ Disusun oleh : Dwi Pujiyanto (A1E 310 011), M. Rijali (A1E
310 219), Dedi Jayadi (A1E
310 256), Ulfah
Hasanah (A1E 310 014), Aida Fahriani (A1E 310 214), Disna Ariyanti (A1E
310 236), Eka Sari Pratiwi
(A1E 310 263) ]
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa dan sastra
Indonesia
diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.
Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga
untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan,
pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa
dan kemampuan memperluas wawasan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
haruslah diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra
Indonesia
sebagai alat komunikasi. Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini orientasi
pembelajaran bahasa berubah dari penekanan pada pembelajaran aspek bentuk ke
pembelajaran yang menekankan pada aspek fungsi.
Keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting
dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis
siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran,
dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan
kreativitas siswa dalam menulis.
Menulis
sebagai suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung. Bahwa menulis adalah suatu kegiatan
yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang
diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang
produktif. Menulis
dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun
keterampilan reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa
kata, diksi, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca. Pemahaman
berbagai jenis karangan serat pemahaman berbagai jenis paragraf dan
pengembangannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Menulis
merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide,
pikiran, gagasan dan pengetahuan. Dalam kegiatan
menulis
ini, maka penulis haruslah teampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan
kosakata. Disebut sebagai kegiatan
produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai kegiatan
yang ekspresif karena kegiatan
menulis
adalah kegiatan yang mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan
pengetahuan penulis kepada pembaca (Tarigan 1983:3-4).
Keterampilan menulis
adalah keterampilan yang paling kompleks, karena keterampilan menulis
merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu,
kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk
mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu, keterampilan menulis
perlu mendapat perhatian yang lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah satu
aspek keterampilan berbahasa.
3) Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Kontekstual
Komponen Pemodelan
Menulis
merupakan keterampilan yang harus dilatih, karena menulis
bukan merupakan keterampilan alami. Oleh karena itu, bagi setiap penulis
diharapkan untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya dengan baik dan jelas agar
pembaca tidak bingung dalam membacanya. Menurut Owens (dalam Soenardji
1998:102) dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa, menulis
adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut
tata bahasa dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun menurut penalaran yang
tepat.
Kaitan antara pembelajaran menulis
dengan pendekatan ini adalah terdapat pada langkah pembelajarannya. Langkah
yang pertama yang dilakukan oleh guru adalah memberikan contoh sebuah paragraf deskripsi dengan
menunjukkan satu objek misalnya saja
bunga, dari objek itu diharapkan siswa mampu mengembangkan sebuah
paragraf karena mereka melihat sendiri
objek yang akan ditulis ke dalam sebuah paragraf deskripsi .
Melalui pendekatan
kontekstual komponen pemodelan ini diharapkan siswa merasa lebih mudah dalam menulis
karena mereka sudah mempunyai gambaran yang telah diberikan oleh guru melalui sebuah
contoh, dan diharapkan siswa dapat mengembangkan ide, pikiran, dan gagasan
mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
4) Pembelajaran Menulis Melalui Teknik Objek Langsung
Melalui pengamatan secara
langsung siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan, ide,
mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam menulis.
Sebagai upaya untuk
meningkatkan keterampilan menulis, guru harus menerapkan
pengetahuannya mengenai teknik dalam mengajar seperti teknik objek langsung
guna mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Penggunaan teknik objek
langsung akan menuntut siswa berpikir aktif
menuangkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. Teknik objek langsung
juga dapat membantu siswa untuk mengalirkan secara bebas apapun yang telah
tersimpan di dalam pikiran dan perasaan siswa.
Lingkungan fisik, sosial,
atau budaya
merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat
berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber
belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat anak merasa
senang dalam belajar. Mengalami langsung apa yang sedang dipelajari akan
mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang lain atau guru menjelaskan.
Membangun pengamatan dan pemahaman serta pengalaman langsung akan lebih mudah
daripada membangun pemahaman dari uraian lisan guru. Belajar dengan cara
mengalami langsung akan meningkatkan kreatifitas siswa dalam menuangkan ide
atau gagasan dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan teori (Suyatno
2004:82) dapat dirumuskan beberapa cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis
dengan teknik objek langsung yaitu (1) Guru memberikan pengantar
singkat tentang teknik pembelajaran menulis
paragraf deskripsi; (2) Guru membagi kelompok berdasarkan objek yang akan diamati oleh
siswa; (3) Guru
menyuruh siswa untuk keluar kelas selama 45 menit; (4) Setelah siswa selesai menulis
paragraf deskripsi sesuai dengan objek yang ditentukan oleh guru, kemudian siswa
mempresentasikan secara individu sesuai dengan pembagian kelompok objek yang
berbeda; (5) Setiap kelompok dengan objek yang berbeda mengomentari hasil yang
ditulis oleh siswa; (6) Guru merefleksi proses kegiatan
hari itu.
Apabila pembelajaran menulis
melalui teknik objek langsung dirancang dengan tepat maka siswa akan merasa
senang dan tertantang sehingga siswa tertarik dalam berekspresi dan menuangkan
ide dalam bentuk tertulis.
5) Pembelajaran
Menulis Sebagai Suatu Proses
Beberapa kiat yang dapat
digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis sebagai suatu proses,
yaitu :
a. Langsung
menulis, toeri belakangan
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu.
Sebagai keterampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan.
Sebagai ilmu komposisi, menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraph dengan
contoh-contohnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian macam
eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada kalimat inti
dan sebagainya, yang semuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu
banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Dengan demikian, menulis pun
dapat dimulai tanpa harus tahu tentang teori-teori menulis. Seseorang yang
ingin belajar menulis langsung saja terjun ke dalam kegiatan menulis yang
sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang sederhana tanpa harus
mempedulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan komposisi atau tidak.
Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh menulis bagian mana saja
yang disenanginya dan melanjutkan kapan saja dan di mana saja. Artinya,
penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam sekolah.
b.
Menulis
dari bagian paling disukai
Tidak ada
satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Dalam
pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tidak demikian
dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian mana pun yang
kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita,
laporan, deskripsi, puisi atau apa saja. Yang pasti pada saat itu guru sudah
berhasil mengajak para siswanya mengarang yang dimulai dari mana pun.
c.
Belajar
sambil bercanda
Ketika
seseorang menulis, apa pun yang ditulisnya, ia mengerahkan seluruh penetahuan
dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan
sebagainya, di samping juga hal-hal lain yang berkaitan dengan materi
tulisannya, bahkan kadang-kadang juga dengan suasana hatinya pada saat
penulisan serta banyak faktor lainnya. Secara singakt dapat dikatakan bahwa
ketika seseorang menulis, ia mencurahkan seluruh kepribadiannya ke dalam
tulisannya. Dengan demikian, guru harus
bertindak sangat hati-hati ketika memulai pembelajaran menulis agar kepribadian
siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci kepada guru dan pelajaran
menulis. Untuk itu, guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas
menjadi cair, tidak tegang. Kelas harus dipenuhi denagn seloroh dan canda yang
muncul dari guru ataupun siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi
munculnya ide yang segar dalam setiap pembelajaran menulis.
d.
Pembelajaran
menulis nonlinear
Pelajaran
menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut-urutan
tertentu dari A sampai ke Z. Proses pembelajaran menulis tidak mengenal urutan
seperti itu sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar-putar dan
berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi soal jika materi yang
sama diberikan 2 atau 3 kali sebab dalam setiap pengulangan akan selalu ada
perubahan, di samping dengan sendirinya akan berlangsung pula proses-proses
internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan
keterampilan yang semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna
pada diri siswa.
Dengan
adanya proses seperti itu, guru harus memiliki sistem penilaian yang berbeda
dengan cara penilaian konvensional. Dalam sistem penilaian ini guru perlu
membuat kesepakatan dengan siswa.
Menilai
karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses harus ada
kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran, kreasi, keinginan,
dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan memang hak prerogatif guru,
tetapi siswa juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya. Oleh sebab itu,
siswa boleh ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang telah dihasilkannya itu.
e.
Menulis
didasari dengan kegemaran membaca
Membaca
adalah kunci keberhasilan menulis. Sambil membaca berkembanglah bakat menulis.
Sedemikian kuatnya kaitan antara membaca dengan menulis sehingga ada pendapat
yang menyatakan bahwa seseorang yang tidak gemar membaca, tidak akan menjadi
penulis.
6)
Teknik dan
Strategi Pembelajaran Menulis
Pembelajaran menulis
dapat dilaksanakan di dalam kelas (pada jam pelajaran sekolah) dan di luar
kelas (di luar jam pelajaran).
a.
Pembelajaran menulis di dalam kelas
Kegiatan
pembelajaran menulis di dalam kelas sebaiknya dilaksnakan sesuai dengan jam
yang telah ditetapkan dalam jadwal pelajaran. Beberapa teknik dan strategi yang
dapat digunakan antara lain :
1)
Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Pembelajaran
menulis dapat dibuat menyenangkan dengan sebuah permainan menulis yang biasa
disebut menulis berantai atau menulis berkelompok. Siswa dibagi secara berkelompok,
setiap anggota dari kelompok secara bergiliran menambahkan sebuah kalimat
pada kalimat yang sudah disediakan
terlebih dahulu oleh guru. Ini akan merupakan proses pembelajaran menulis yang
sangat menyenangkan, terutama ketika para siswa melihat atau mendengar
kesalahan-kesalahn elementer mereka sendiri.
2)
Kuis
Sekurang-kurangnya
ada tiga jenis kuis yang dapat digunakan beberapa kali dalam setahunnya, yaitu kuis
tanda baca, kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata
paragraf sekaligus. Siswa dalam hal ini diminta untuk membubuhkan tanda baca
sesuai dengan paragraf yang tersedia, diminta untuk menambahkan sebuah
paragraf, boleh sebelum atau sesudah paragraf pada paragraf yang tersedia, dan
siswa diminta untuk membubuhkan tanda petik, tanda baca, dan menata paragraf
yang telah tersedia.
3)
Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita, terutama dongeng,
merupakan latihan menulis yang amat menyenangkan, efisien, dan efektif. Dengan
kerja yang terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran
yang diharapkan, yaitu siswa gemar menulis. Yang menarik dari kegiatan ini
adalah dengan akhir yang baru, cerita atau dongeng itu menjadi lebih menarik.
4)
Menulis meniru model: copy the master
Penggunaan
metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam tulisan yang
dapat dijadikan master atau model
sebagai pegangan.
Sebuah
model yang dipilih guru dibaca bersama-sama di kelas. Kemudian, dibaca pula
analisis medel itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus
tidaknya tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan
tulisan itu, melihat sistematika penulisannya). Kemudian, guru mengajak para
siswa memikirkan objek-objek lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan
menggunakan pola. Gaya atau cara-cara yang dipakai dalam model itu.
Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang dibahas
itu.
b.
Pembelajaran menulis di luar kelas
Pembelajaran
menulis di luar kelas dapat dilakukan , misalnya siswa dilatih menulis buku
harian. Dalam buku harian itu siswa dapat menuliskan pengalaman, kesan atau
pikiran yang menarik hati mereka.
Kegiatan
lain yang dapat mendorong minat siswa untuk menulis adalah majalah dinding
(mading). Cara lainnya dalam mempersiapkan para siswa untuk membuat tulisan
yang baik adalah kegiatan kliping. Kliping memberikan bahan untuk tulisan bagi
para siswa dan juga bahan referensi atau bahkan untuk berpolemik. Dalam kliping
siswa akan mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan
bakat dan kepribadian mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menulis dapat diartikan adalah
sebagai suatu proses ataupun produk. Dilihat dari segi prosesnya, menulis dapat
dimulai dari menggerakkan pensil di atas kertas sampai terwujud karangan, juga
dapat dimulai dari memilih buku yang akan dibaca, mencatat bagian-bagian yang
diperlukan, kemudian digunakan untuk bahan yang dibicarakan dalam karangan.
Pada diri siswa, keterampilan
menulis dibangun guru melalui banyak latihan dengan menggunakan teknik atau
strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Beberapa teknik
pembelajaran menulis yang dapat digunakan guru, misalnya menulis secara
langsung tanpa mempedulikan teori, memulai menulis dari bagian yang paling
disukai siswa, menulis nonlinear atau
menulis yang didasari dengan kegemaran membaca.
Pembelajaran menulis dilaksanakan dalam
jam pelajaran dan di luar jam pelajaran. Beberapa strategi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran menulis di kelas adalah bermain-bermain dengan bahasa dan tulisan, kuis, membuat atau mengganti
akhir cerita, dan menulis meniru model. Di luar jam pelajaran, guru dapat
menggunakan strategi menulis buku harian, menyelenggarakan majalah dinding atau
membuat kliping, yang semuanya
diarahkan agar siswa senang menulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Izzul Hasanah, S.Pd. 2009. http://agupenajateng.net/2009/04/08/peningkatan-keterampilan-menulis-paragraf-deskripsi-dengan-teknik-objek-langsung-melalui-pendekatan-kontekstual-bab-i-dan-ii/ (online) diakses pada tanggal 15 September 2011.
Santosa Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
0 comments:
Post a Comment
INGAT!! Komentar anda akan dilihat banyak orang, maka dari itu berikanlah komentar terbaik anda