[ Dosen : Drs.H.Ramadi,M.Pd ]
[ Oleh : Anisya (A1E310005), Listiana
Faizati Zulfa (A1E310208), Amar
Muhtar Hakimi (A1E310216), Desy
Arsiani (A1E310231), Pertiwi Wulandari (A1E310250),
Riza
Pahlipi (A1E310253) ]
A.
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PERANAN MENYIMAK
1.
Pengertian
Menyimak
Istilah mendengar,
mendengarkan, dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia pengajaran bahasa.
Istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak memiliki pengertian yang
berbeda-beda. Artinya, masing-masing istilah itu berdiri sendiri dengan makna
yang berbeda pula.
Peristiwa mendengar,
biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba, dan tidak diduga sebelumnya.
Mendengarkan, adalah kejadian mendengar yang sudah ada faktor kesengajaan.
Sedangkan menyimak, adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya.
2.
Tujuan Menyimak
Menyimak pada
hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Karena itu
dapatlah kita simpulkan bahwa tujuan menyimak adalah menangkap, memahami, atau
menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat
umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
tertentu yang ditentukan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam
aktivitas penyimakyang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak
adalah seperti pembagian berikut, yakni menyimak untuk tujuan:
(1)
Mendapatkan fakta
(2)
Menganalisis fakta
(3)
Mengevaluasi fakta
(4)
Mendapatkan inspirasi
(5)
Menghibur diri
(6)
Meningkatkan kemampuan bicara
3.
Peranan Menyimak
Peranan menyimak, yakni:
(1)
Landasan belajar berbahasa
(2)
Penunjang keterampilan berbicara, membaca,
dan menulis
(3)
Pelancar komunikasi lisan
(4)
Penambah informasi
Melalui proses menyimak, orang dapat
menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Sehingga sangat membantu
dalam kegiatan berbicara, membaca, dan menulis.
B.
PROSES MENYIMAK
Beberapa
orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses.
Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman,
penginterpretasian, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak
atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi.
Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar,
perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.
Berdasarkan
keterangan dan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
menyimak adalah suatau proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap,
yakni:
(1)
Mendengar
(2)
Mengidentifikasi
(3)
Menginterpretasi
(4)
Memahami
(5)
Menilai
(6)
Menanggapi
Dalam
tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang sudah
diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa.
Bunyi
yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali, dan dikelompokkan menjadi
suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana.
Kemudian,
bunyi bahasa itu perlu diinterpretasikan maknanya. Perlu diupayakan agar
interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh
pembicara.
Setelah
proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami
atau menghayati makna itu.
Makna
pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan
dengan pengalaman, dan pengtahuan penyimak.
Tahap
akhir adalah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau
reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk
seperti mengangguk-angguk tanda setuju, menggeleng tanda tidak setuju, mencibir
atau mengerjakan sesuatu.
Menurut
Anderson dan Lynch (lewat Numan, 1991: 25), kesulitan dalam menyimak
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
(1)
Susunan informasi.
(2)
Latar belakang pengetahuan penyimak mengenai
topik yang disimak.
(3)
Kelengkapan dan kejelasan informasi yang
disimak.
(4)
Pembicara lebih banyak menggunakan kata ganti
dari pada menggunakan kata benda secara lengkap maka teks itu lebih sulit
dipahami.
(5)
Yang dideskripsikan dalam teks yang disimak
mengandung hubungan strategis atau dinamis.
C.
HUBUNGAN MENYIMAK DENGAN KETERAMPILAN
BERBAHASA YANG LAIN
(1)
Hubungan Berbicara Dengan Menyimak
Antara berbicara dan
menyimak terdapat hubungan yang erat, ternyata dari hal-hal berikut ini:
a.
Ujaran (speech)
biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru. Oleh karena itu maka contoh
atau model yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam
penguasaan kecakapan berbicara.
b.
Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari
oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang yang mereka temui dan
kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan
ide-ide mereka.
c.
Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian
bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempat hidup.
d.
Anak yang lebih muda lebih dapat memahami
kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit ditimbang kalimat-kalimat
yang dapat diucapkannya.
e.
Meningkatkan keterampilan menyimak berarti
membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f.
Bunyi atau suara merupakan suatu faktor
penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak.
g.
Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga
akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak.
(2)
Hubungan Antara Menyimak Dan Membaca
Keterampilan menyimak
juga merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam
belajar membaca secara efektif.
Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa
hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain:
a.
Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam
membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak
untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b.
Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi
pelajaran lisan selama tahun-tahun permulaan disekolah.
Selagi keterampilan-keterampilan menyimak dan
membaca erat berhubungan, maka peningkatan pada yang satu turut pula
menimbulkan peningkatan pada yang lain. Kedua-duanya merupakan proses saling
mengisi.
D.
STRATEGI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK
Berbagai
strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Guru dapat
memberikan cerita yang tidak terlalu panjang di kelas. Namun, sebelum membaca,
guru harus mendiskusikan etika atau sopan santun dalam menyimak dan perbedaan
antara kritik yang konstruktif atau negatif. Diskusi tersebut hendaknya
menekankan harapan agar murid-murid saling menghormati dan membina
kesetiakawanan.
Setelah
membacakan cerita atau artikel, guru hendaknya mengadakan diskusi mengenai
bagian-bagian cerita atau artikel tersebut yang patut dipuji atau diperbaiki.
Apabila tidak ada anak yang memberikan komentar terhadap cerita atau artikel
yang telah dibacakan. Guru mungkin dapat menyarankan agar mereka berperan
seolah-olah menjadi pengarang cerita atau artikel tersebut. Komentar apa yang
mereka inginkan dari pembaca seandainya mereka menjadi pengarang cerita atau
artikel yang telah dibacakan oleh guru (Ycager, 1991: 96)
0 comments:
Post a Comment
INGAT!! Komentar anda akan dilihat banyak orang, maka dari itu berikanlah komentar terbaik anda