[ Dosen Pengampu: Drs. Radiansyah, M.Pd ]
[ Oleh Kelompok 9 : Dwi Pujiyanto (A1E310011), Listiana Faizati Zulfa (A1E310208 ), Hendri (A1E310230 ), Disna Ariyanti (A1E310236 ), Dessy Fitry (A1E310268 ) ]
PERALATAN
RUMAH TANGGA YANG BERBAHAYA
PIRING
YANG MENARIK HATI
A.
Piring
Melamin
Piring melamin dibuat dengan mencampur
senyawa urea organik dengan formaldehida, memanaskan campuran ini dan
mencetaknya. Sangat tahan lama dan tahan pecah, namun piring melamin akan
melepaskan racun bila terkena makanan asam atau panas tinggi, seperti misalnya
oven microwave.
Piring yang cukup ringan ini terbuat dari
resin melamin, juga disebut sebagai plastik termoset, tetap stabil ketika
terkena panas sedang. Pada suhu yang lebih tinggi, bagaimanapun, piring melamin
bisa mulai sedikit terurai dan melepaskan zat kimia beracun.
Kandungan racun dalam melamin memenuhi
pemberitaan nasional maupun internasional ketika US Food and Drug
Administration menarik beberapa makanan hewan peliharaan dari peredaran setelah
ada laporan menyatakan bahwa beberapa hewan peliharaan, terutama anjing dan
kucing keracunan dan mati akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan
tambahan yang murah untuk menekan harga. Tak
lama kemudian, muncul berita tentang melamin dalam susu formula, menghasilkan
bola salju dalam liputan media dan mengupas lebih dalam tentang bahaya melamin.
Toksikologi Nasional Amerika menemukan
sejumlah besar melamin dan formaldehid yang meresap dalam makan, terutama
ketika melamin berkontak dengan makanan yang panas ataupun yang asam.
Jika orang tua tidak bisa
menghindarkan diri peralatan makan anak-anak yang terbuat dari melamin, mereka
perlu sangat hati-hati ketika menggunakanya.
·
Bahaya
Piring Melamin
Di Amerika Serikat, FDA belum mengakui
adanya bahaya dari peralatan makan melamin, tetapi setidaknya satu kota di Uni
Emirat Arab (UEA) telah menjadikan piring ini ilegal.
Di awal tahun 2007, dunia dikejutkan
dengan matinya sekitar 1500 ekor anjing dan kucing di Amerika dan di China.
Berdasarkan hasil penyelidikan FDA (BP-POM-nya Amerika)[1], diketahui terdapat
kandungan melamin pada makanan kaleng anjing buatan China. Dan sekitar 60 juta
kaleng makanan anjing buatan china dikembalikan ke negara asalnya. Sayangnya
karena yang mati hanya hewan dan tidak menimbulkan dampak bagi manusia, tidak
ada tindakan hukum bagi produsen makanan tersebut.
Namun di musim panas 2008, dunia
kembali digemparkan dengan berita kematian dan keracunan, yang kali ini
diaalami bayi di China setelah mengkonsumsi susu bubuk. Berdasarkan laporan
pers China, dilaporkan 6 bayi meninggal dan 54,000 bayi mengalami keracunan
akibat gagal ginjal akut. Tidak hanya berhenti di China, susu bubuk tersebut
ternyata telah diekspor ke Hongkong dan Taiwan. Ditambah lagi, Nestle,
perusahaan susu asal Swiss, juga diketahui menggunakan susu bubuk asal China
tersebut untuk produknya. Jepang dan Amerika pun menjadi kelabakan, karena
diketahui banyak produk makanannya, es krim dan snack, menggunakan susu bubuk
buatan china sebagai bahan dasarnya. Walaupun saya belum pernah memakannya
(Alhamdulillah), White Rabbit creamy candy, permen yang katanya lezat dan telah
diekspor ke 50 negara (termasuk Indonesia), juga diketahui mengandung melamine.
Dilihat dari strukturnya, seperti
terlihat pada gambar disamping, melamin terdiri atas 3 buah cyanamide (N≡CNH3)
yang saling berikatan. Melamine sendiri memiliki nama IUPAC yaitu
1,3,5-triazine-2,4,6-triamine, memiliki sifat mudah larut dalam air (3.1 g/L).
Melamine bila dicampur dengan formaldehyde (HCHO) akan menjadi plastik yang
mengeras bila dipanaskan (thermosetting), yang digunakan secara luas pada
piring, rak, papan lantai, meja dapur, dan lain-lain. Melamin juga digunakan
sebagai bahan membuat tinta dan pupuk.
Berdasarkan data MSDS, LD50 dari
melamin adalah 3296 mg/kg (berat tikus)[3]. LD50 (Lethal dose 50% kill)
merupakan standar untuk penentuan bahan itu beracun atau tidak, yang memiliki
arti seberapa banyak zat yang diperlukan untuk mematikan setengah hewan
(seperti tikus atau kelinci) yang digunakan. Semakin kecil nilai LD50, semakin
berbahaya zat tersebut. Standar nilai LD50 untuk zat beracun adalah dibawah 50
mg/kg sedangkan zat yang dikategorikan tidak baik untuk kesehatan adalah
dibawah 300 mg/kg. Bisa disimpulkan bahwa sebenarnya zat melamin sendiri tidak
berbahaya bagi tubuh.
Dari hasil pemeriksaan otopsi kucing
dan anjing yang mati yang sempat dibahas di awal, diketahui tidak adanya
kerusakan pada jaringan tubuh atau gejala kekurangan darah, hanya ada satu
karakteristik yang sama, yaitu ditemukannya batu putih pada ginjal. Hasil dari
analisis zat, diketahui bahwa batu tersebut merupakan hasil dari ikatan (ikatan
hidrogen) antara asam sianurik (cyanuric acid) dan melamin (lihat Fig. 2). Asam
sianurik sendiri merupakan hasil perubahan melamin di dalam tubuh manusia.
Surat kabar di Jepang sendiri
memberitakan batu/gumpalan ginjal sebagai penyebab kematian. Hanya saja, batu
tersebut bukanlah batu ginjal pada umumnya yang merupakan gumpalan dari senyawa
kalsium fosfat, asam urik, dan lain-lain. Dan biasanya, batu ginjal pada
manusia banyak berupa satu buah batu saja, yang bisa menyebabkan rasa sakit
yang sangat walaupun tidak sampai menimbulkan kematian. Sedangkan penyebab
kematian dari kasus ini, jumlah batu ginjal yang merupakan hasil dari gumpalan
senyawa asam sianurik-melamin, tidak hanya berjumlah satu saja, namun banyak
jumlahnya. Mengakibatkan ginjal tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
·
Pencegahan/Solusi
Piring melamin tidak boleh di panaskan
dalam microwave, direbus, dicuci dalam air yang sangat panas atau digunakan untuk menghidangkan makanan
panas atau asam.
B.
Piring
Plastik
Wadah plastik
adalah pilihan praktis untuk menyimpan makanan. Baik bahan mentah maupun matang. Tapi bahan plastik
terdiri dari berbagai macam komponen kimia yang berbahaya. Terutama bila Anda
menggunakan peralatan plastik yang murah meriah.
Sebaiknya Anda pilih peralatan plastik
yang sudah terbukti aman melalui uji kualitas. Perhatikan label aman untuk
kesehatan pada produk plastik. Meskipun harganya sedikit lebih mahal, asalkan
kesehatan Anda da keluarga terjamin. Bahan murahan yang belum tentu aman bisa
menimbulkan bahaya yang lebih besar.
Plastik dibuat dengan cara
polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara sambung menyambung bahan-bahan
dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya, plastik jenis PVC (Polivinil
Chlorida), sesungguhnya adalah monomer dari vinil klorida. Disamping bahan
dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat bahan non plastik yang
disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu
sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah, yang
dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti
lekat, dan masih banyak lagi.
Kemasan plastik mulai diperkenalkan
pada tahun 1900-an. Sejak itu perkembangan nya berlangsung sangat cepat.
Sesudah Perang Dunia II, diperkenalkan berbagai jenis kemasan plastik dalam
bentuk kemasan lemas (fleksibel) maupun kaku. Beberapa jenis kemasan plastik
yang dikenal antara lain polietilen, polipropilen, poliester, nilon, serta
vinil film. Bahkan selama dua dasawarsa terakhir, pangsa pasar dunia untuk
kemasan pangan telah direbut oleh kemasan plastik.
Plastik memang mempunyai beberapa keunggulan sifat antara
lain : ia kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis, yaitu
dapat direkat menggunakan panas, serta dapat diberi label atau cetakan dengan
berbagai kreasi. Selain itu plastik juga mudah untuk diubah bentuk.
Sesudah Perang Dunia II, berbagai
jenis kemasan plastik fleksibel muncul dengan pesat. Sebagai bahan pembungkus,
plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal, komposit atau berupa lapisan
multilapis dengan bahan lain, (pakah itu antara plastik dengan plastik yang
beda jenis, plastik dengan kertas atau lainnya). Kombinasi tersebut dinamakan
aminasi. Dengan demikian, kombinasi dari berbagai janis plastik dapat
menghasilkan ratusan jenis kemasan.
·
Bahaya
Piring Plastik
Selain mempunyai banyak keunggulan,
ternyata kemasan atau wadah plastik menyimpan kelemahan, yaitu kemungkinan
terjadinya migrasi atau berpindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke
dalam makanan, terutama jika makanan tersebut tak cocok dengan kemasan atau
wadah penyimpannya.
Pada makanan yang dikemas dalam
kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak mungkin dapat dicegah 100% (terutama
jika plastik yang digunakan tak cocok dengan jenis makanannya). Migrasi monomer
terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses
pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak makanan yang dapat
bermigrasi ke dalam makanan. Demikian pula dengan lamanya makanan tersebut
disimpan. Karena, semakin lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan
plastik, maka jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi jumlahnya.
Tidak semua monomer atau aditif plastic yang perlu
diwaspadai, hanya beberapa saja seperti vinil klorida, akrilonitril,
metacrylonitril, vinylidene klorida serta styrene. Monomer vinil klorida dan
akrilonitril cukup tinggi potensinya untuk menimbulkan kanker pada manusia.
Vinil klorida dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA. Sedangkan
akrilonitril bereaksi dengan adenin.
Vinil asetat telah terbukti menimbulkan kanker tiroid,
uterus dan liver pada hewan. Akrilonitril menimbulkan cacat lahir pada
tikus-tikus yang memakannya. Monomer-monomer lain seperti akrilat, stirena, dan
metakrilat serta senyawa-senyawa turunannya, seperti vinil asetat, polivinil
klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa
metilendiamin, melamin, epodilokkloridrin, bispenol, dan akrilonitril dapat
menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan
lambung. Aditif plastik jenis plasticizer, stabilizer dan antioksidan
dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat makanan berubah rasa
serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama,
senyawa berberat molekul kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik
yang berasal dari aditif maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat
pembantu polimerisasi, dalam kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan padat
atau cair berminyak maupun caitan tak berminyak. Semakin panas makanan yang dikemas,
semakin tinggi peluang terjadinya migrasi (perpindahan) ke dalam bahan makanan
Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat
(DOP) pada PVC termigrasi cukup banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung,
minyak biji kapas, dan minyak kedelai pada suhu 3oC selama 60 hari
kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP yang termigrasi tersebut berkisar dari 155 –
189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) pada PVC termigrasi ke dalam daging yang
dibungkusnya, pada daging yang berkadar lemak antara 20–30%, DEHA yang
termigrasi 14,5-23,5 mg tiap dm2 (desimeter persegi) pada suhu 4oC
selama 72 jam.
Di Swedia, bahan berbahaya setingkat
dengan monomer vinil klorida kandungannya dalam makanan tidak boleh lebih dari
0.05 ppm. Batas maksimum monomer vinil klorida yang terdeteksi dalam makanan
adalah 0,01 ppm. Sementara di Jepang 0,05 ppm.
·
Pencegahan/Solusi
Tentu sulit menentukan, terbuat dari plastik jenis apa
kemasan atau wadah plastik makanan Anda. Yang terbaik, minimalkan penggunaan
plastik. Misalnya kalau ingin membeli bakso atau makanan lain, pakailah rantang
seperti masa dulu, walaupun mungkin kurang praktis tetapi demi kesehatan.
Perhatikan tanggal kadaluwarsa makanan. Jangan dikonsumsi
bila tanggal kadaluwarsa telah lewat batas. Begitu pula bila ada kejanggalan rasa
atau aroma, serta penampilan pada makanan (maupun minuman) meskipun batas
kadaluwarsa belum terlewati.
Bila ingin memanaskan makanan denga oven microwave,
gunakanlah wadah dari gelas. Bila ingin memilih plastik lemas (fleksibel) untuk
penutup makanan, pilihlah yang dilabelnya tertera polietilen.
Wadah atau kemasan untuk makanan atau minuman dingin
(misalnya untuk es krim, dan sejenisnya) sebaiknya jangan dipakai untuk makanan
atau minuman panas. Karena, wadah plastik tersebut hanya cocok untuk makanan
atau minuman dingin (bersuhu rendah). Jangan pula menghangatkan makanan (misal,
mengukus sayuran) dengan menggunakan wadah plastik ini.
DAFTAR PUSTAKA
Firman
Harry-Liliasari. 1996. Kimia 1 untuk
Sekolah Menengah Umum kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka
Majalah Kagaku Vol 63 no.12
Majalah Femina
0 comments:
Post a Comment
INGAT!! Komentar anda akan dilihat banyak orang, maka dari itu berikanlah komentar terbaik anda